Sehari- hari kita menyebutnya dengan entok dan masyarakat jawa menyebutnya menthok. Ada juga masyarakat kita yang menyebutnya dengan itik manila walaupun jarang. Itik jenis ini adalah itik jenis yang cukup familiar serta dapat dijumpai dikampung- kampung di Indonesia. Pengembangannya juga sudah dilakukan secara tradisional pula dari jaman nenek kita, hingga hari ini. Jarang sekali kita temukan pengembang biakan entok atau itik manila ini secara besar- besaran, sebab para peternak memelihara itik tersebut hanya secara sambilan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri, cara pemeliharaan serta pembibitannya pun dilakukan secara tradisional pula, dan pemberian pakan pun seadanya, bahkan ada juga yang di lepas secara liar atau tidak diberi makan sama sekali, hingga itik hanya dilepaskan begitu saja tanpa di beri makanan oleh pemiliknya, dan entok atau itik manila pun mencari makan sendiri di lingkungan kampung. Dengan demikian populasi mereka relatif tak berkembang walau sudah sangat dikenal serta dibudidayakan oleh masyarakat sejak berabad- abad yang lalu. Padahal itik manila ini tergolong itik pedaging unggul serta sangat berpotensi dikembangkan di indonesia.
Entok atau itik manila yang kita kenal sekarang ini dulunya berasal dari amerika serikat, tapi sudah lama berkembang dan dipelihara di indonesia, hingga sudah beradaptasi dgn lingkungan serta iklim di indonesia. Entok atau itik manila mempunyai potensi yang cukup besar sebagai itik pedaging, karena pada umur 9 sampai 10 minggu saja itik manila bisa dapat mencapai berat 2 kg hingga 2.5 kg, dengan perawatan yang baik juga pakan serta kandang yang memenuhi syarat.
Entok Atau Itik Manila
07.43
Peternakan